Back To Nature


Minum Obat Tradisional Pun Ada Takarannya

07/06/2009 20:45
 

KOTA JOGJA: Minum obat herbal (terbuat dari tanaman) tak sembarangan. Menurut Prof Dr Djoko Wahyono SU Apt, dosen pada Fakultas Farmasi UGM, pembuat dan pengguna obat herbal harus memperhitungkan takaran. Celakanya, justru itulah yang selama ini luput dari perhatian. Djoko Wahyono mengungkap soal itu pada pengukuhannya sebagai guru besar pekan lalu.

Pada kesempatan itu ia menyampaikan pidato 'Peran Farmakokinetika Klinik pada Terapi Kuantitatif Obat Herbal'. Ia mengatakan keberhasilan obat (farmakoterapi) tergantung pada rancangan dosis. Itu agar jumlah/kadar obat aktif, termasuk zat aktif dari suatu bahan alam yang sampai pada tempat aksi obat (reseptor), mencukupi dan memberikan respon sesuai harapan tanpa efek merugikan.

"Untuk obat sintetik (terbuat dari bahan kimia buatan pabrik--Red) pada pengobatan konvensional, pengaturan dosis didasarkan pada farmakokinetika zat aktif obat tersebut, yang meliputi kinetika absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi, baik pada pasien sehat maupun pasien yang mengalami gangguan fisiologis," ungkap suami Hj Sri Kadarinah Apt ini.

Namun penelitian obat herbal di Indonesia sebagian besar masih sebatas melihat aktivitas farmakologi, toksisitas, interaksi obat herbal dengan obat sintetik, dan identifikasi komponen aktif obat. Penelitian belum banyak mengekplorasi asas farmakokinetika zat/komponen aktif obat herbal di dalam tubuh dan hubungannya dengan respon farmakologi.

Penggunaan obat tradisional, termasuk obat herbal, meningkat dari tahun ke tahun. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan 1980 penggunaan obat herbal mencapai 19,8%. Pada 1986 penggunaan bertambah menjadi 23,3% dan meningkat menjadi 32,8% pada 2004.

—————

Back